1. Peristiwa dan bukti cukup tersedia.
Peristiwa-peristiwa (events) dan bukti-bukti (evidence) harus dipastikan dan diyakinkan cukup tersedia bagi subjek (pokok permasalahan) yang hendak dikaji serta akan ditulis.
2. Subjek yang memberikan afeksi.
Subjek harus ditentukan karena diharapkan akan memberikan afeksi bagi para audiens atau pembaca, yang menjadi sasaran bagi produk penulisan. Yang perlu diingat bahwa pembaca pada penelitian sejarah pertama-tama adalah dosen dan mahasiswa sejarah itu sendiri.
3. Subjek yang menarik dan penting.
Pemilihan subjek yang menarik dan penting itu mempunyai pengertian bagi peneliti sendiri dan audiensnya, dan sekiranya tak ada kriteria dan ukuran lainnya.
4. Subjek yang cukup sempit.
Di dalam penulisan hendaknya dipilih subjek yang cukup sempit karena untuk memberikan kesempatan untuk menguji dan membahasnya secara lebih mendalam.
5. Subjek yang tidak di luar jangkauan keahlian kita.
Hendaknya janganlah memilih suatu subjek yang berada di luar jangkauan keahlian atau ketrampilan kita, seperti misalnya dengan menggunakan konsep-konsep bahasa, teknik geografis, matematika dan ekonomi.
6. Subjek yang mengembangkan ketrampilan sendiri.
Di dalam memilih subjek yang dapat mengembangkan ketrampilan meneliti bagi peneliti sendiri, bukan merupakan suatu tugas yang mudah. Karena subjek tersebut penting juga untuk membuka wawasan peneliti untuk mengembangkan bahan-bahan yang akan ditulisnya.
7. Memiliki kesatuan (unity).
Di dalam pemilihan subjek hendaknya memiliki kesatuan dalam arti dapat terkait dengan subjek-subjek lainnya yang sesuai dan berdekatan.
Contohnya :
Kalau kita sedang berbicara mengenai Perang Diponegoro (1825-1830) tentu tidak dapat lepas dari :
a. Pasukan-pasukan Perang Diponegoro;
b. Teknik Persenjataan (Tradisional);
c. Pimpinan Perang (Bangsawan dan Ulama),
d. Taktik Perang (Gerilya);
e. Wilayah Perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar