Custom Search

Jumat, 22 April 2011

Lingkungan di Negara Industri Maju

Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya lahan dan air masih menjadi problem utama di negara-negara maju, misalnya dalam pembangunan kawasan perkotaan, jalan raya dan lapangan terbang, pemeliharaan kualitas danau dan estuaria, dan konservasi kawasan lindung. Sebagian besar dari problem-problem tersebut berhu-bungan dengan banyaknya kebutuhan enerji dan air oleh in-dustri dan masyarakat konsumen. Problem-problem seperti ini masih dalam bentuk embrional di negara-negara yang sedang dan belum berkembang. Hasil-hasil usahatani yang sangat besar dari sistem pertanian-industrial lazimnya bertumpu pada input enerji yang sangat besar; dan kekurangan air (air masih dianggap sebagai "barang bebas") telah menyebabkan timbulnya masalah-masalah serius bagi sistem industri di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat.


Di Amerika Serikat, dimana konsumsi enerji telah meningkat dua kali lipat setiap delapan atau sepuluh tahun, diproyeksikan kebutuhan air untuk pendingin pada periode 1980-an sekitar separuh dari aliran air permukaan yang normal di seluruh negeri. Walaupun 95% dari air ini dikembalikan ke sungai, namun kualitasnya sudah tidak sama. Temperaturnya yang lebih tinggi mengurangi jumlah oksigen yang dapat larut sehingga kapasitas air sungai untuk mengasimilasikan bahan organik juga menurun. Kondisi seperti ini akan mendorong terjadinya degradasi struktur rantai makanan yang selanjutnya akan mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air, dan mengganggu stabilitas ekosistem akuatik.

Produksi bahan-bahan kimia yang baru telah mengintroduksikan bahaya-bahaya dan ketidak-pastian baru dalam masalah lingkungan hidup. Pembuangan sejumlah besar substansi dapat-lapuk secara biologis (nitrat, deterjen yang mengandung fosfat, dsb.) ke dalam lingkungan akuatik telah mempercepat eutrofikasi sungai dan danau, dimana bahan-bahan kimia ini dan produk-produk pelapukannya terakumulasi. Bahan kimia yang tidak dapat lapuk secara biologis mungkin kurang begitu menarik perhatian, namun sesungguhnya lebih berbahaya. Sebagian bahan-bahan ini akan terkonsentrasi pada saat mereka melalui rantai-rantai makanan (biomagnifikasi) dan membahayakan kesehatan manusia dan ternak piaraannya, dan juga kehidupan bebas lainnya.

Episode-episode krisis seperti tragedi asap industri di London pada tahun 1952 menarik banyak perhatian dunia, tetapi polusi ringan yang berlangsung berkepanjangan jelas lebih serius mengancam kesehatan manusia dan mungkin juga dapat mengakibatkan perubahan perilaku manusia sebelum mengalami gangguan kesehatan secara fisik. Memang perlu memusatkan perhatian kepada kesehatan dan kesejahteraan manusia, tetapi dampak penting lainnya juga harus mendapatkan perhatian secara proporsional.

Keracunan yang dialami oleh manusia secara akut dan kronis hanyalah merupakan salah satu bagian dari masalah polusi; polutan juga mempunyai implikasi untuk pemeliharaan biosfer jangka panjang. Masalah-masalah jangka pendek biasanya lebih sederhana, dan sebagian dapat diselesaikan secara pragmatis dengan pembidangan yang lebih sempit. Dampak polutan jangka panjang biasanya penuh tipu muslihat, kronis dan seringkali bersifat komulatif. Para ahli ekologis harus bertanya dampak apa saja yang dapat diakibatkan oleh polutan ini terhadap struktur ekosistem nasional dan terhadap keragaman biologis, dan apakah perubahan-perubahan seperti itu dapat mengancam kelestarian kehidupan jangka panjang. Kepercayaan yang dianut oleh sementara pihak, bahwa polusi terutama polusi udara meru-pakan indeks yang sangat penting untuk mencerminkan kondisi "kualitas lingkungan" tampaknya terlalu sempit. Banuak bentuk-bentuk degradasi lingkungan lainnya yang juga mempunyai signifikansi jangka panjang yang sama pen-tingnya atau bahkan lebih penting daripada polusi udara.
Selama periode akhir dari abad ini, manusia akan banyak meng gunakan sumberdaya alam bumi, dan menangkap sejumlah enerji seperti yang dilakukannya selama masa evolusi manusia sebelumnya. Ekspansi ekonomis yang cepat tampaknya akan terus berlangsung di masa mendatang, walaupun pertumbuhan jumlah penduduk dan konsumsi material akan mengalami reduksi dalam jangka panjang. Pertanyaan riil yang muncul ialah apakah manusia dapat menyalurkan sirkulasi sumberdaya yang fantastis ini dengan cara yang akan lebih baik melayani kebutuhan manusia sambil memperhatikan proses-proses ekologi. Dalam konteks ini, seni yang sedang berkembang tentang peramalan teknologi ("futures research") mungkin menjadi lebih penting dalam megantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi akibat teknologi baru, dan yang juga sama pentingnya ialah perkembangan-perkembangan yang telah siap mengeksploitasi peluang-peluang baru sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan yang secara kreatif memperhatikan masalah lingkungan.

Artikel Sejenis :



Tidak ada komentar: