Custom Search

Selasa, 05 April 2011

Usaha Suku Cadang Sepeda Prospektif

Usaha Suku Cadang Sepeda Prospektif :
1. Usaha tersebut membutuhkan Sumber Daya Manusia yang seperti apa?
2. Bagaimana meningkatkan kualitas SDM ( kreativitas, keterampilan)
3. Bagaimana memberikan motivasi dan cara menghindari kebosanan dalam bekerja bagi karyawannya
4. Bagaimana membina tim kerja
5. Bagaimana membina komunikasi yang baik

1. Dari rubrik kesuksesan usaha suku cadang sepeda ini SDM yang dibutuhkan yaitu SDM yang mampu bertahan dalam goncangan-goncangan saingan yang terjadi saat ini,karena peminat sepeda untuk saat ini sangat minim sekali, banyak yang memilih sepeda motor dari pada sepeda, maka dari itu selain SDM yang mampu bertahan juga dibutuhkan SDM yang mempunyai ketrampilan yang mumpuni, karena jika dalam usaha ini tidak ada pembaharuan-pembaharuan,akan sulit bersaing dengan usaha-usaha yang lebih besar.jika semua itu sudah dilakukan bukan tidak mungkin usaha yang seperti ini akan terus berkembang dan bias menjadi lebih besar dan mandiri.

2. Dalam meningkatkan kualitas SDM ( kreativitas, keterampilan) dalam usaha ini perlu adanya pembelajaran-pembelajaran yang mesti dilakukan pendiri ataupun pengelola usaha ini kepada para karyawan-karyawannya,misal tiap 1 atau 3 bulan sekali diadakan seminar tentang suatu keberhasilan suatu usaha,dan bagaimana mengembangkan suatu ketrampilan dalam sebuah usaha, bukan tidak mungkin setelah diadakan seminar-seminar,akan menumbuhkan suatu ketrampilan yang dipunyai para karyawan-karyawan.


3. Dalam memberikan motivasi dan cara menghindari kebosanan dalam bekerja bagi karyawannya dalam usaha ini yaitu,tiap 1 atau 2 bulan sekali saya akan mendatangkan seorang motivator kemudian mengadakan suatu seminar-seminar tentang motivasi,yang akan menumbuhkan semangat para karyawan kembali dalam bekerja dan berkarya.

4. Cara membina kerja tim dalam usaha ini yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan dulu dengan mengadakan misal arisan karyawan,kumpul-kumpul bersama,ataupun makan bersama.jika kebersamaan sudah mulai terwujud maka untuk menciptakan kerja tim akan lebih mudah dan terkontrol.

5. Komunikasi sangat dibutuhkan sekali dalam usaha ini karena dalam membuat setiap produk perlu adanya komunikasi-komunikasi antar karyawan,maka untuk menumbuhkan komunikasi dalam setiap karyawan yaitu dengan menumbuhkan rasa kersamaan dahulu sama halnya dengan menumbuhkan kerja tim antar karyawan.
Dibandingkan dengan alat transportasi lain yang beroperasi di wilayah Jakarta, sepeda bukan alat transportasi utama. Tetapi, bukan berarti sepeda tidak diminati masyarakat. Justru sebaliknya, pecinta sepeda di wilayah Jakarta dan sekitarnya jumlahnya cukup banyak. Kondisi demikian ini membuat bisnis sepeda tetap prospektif, baik sekarang maupun di masa mendatang.
Amir, merupakan sosok pengusaha kecil yang berhasil membuktikan produk usahanya berhasil bertahan di tengah dunia yang semakin moderen.
Usaha produksi alat-alat sepeda yang dilakoni pria asal Bandung ini tak lekang digeser berbagai alat-alat tranportasi moderen lain yang kini lebih banyak melayani kebutuhan angkutan masyarakat, karena sepeda punya pasar sendiri di masyarakat.
Walau terbilang alat transportasi kuno, sepeda tak lekas ditinggalkan masyarakat.
Menurut pria bernama lengkap Amir Syamsudin ini, sepeda tetap menjadi pilihan alat angkut yang masih banyak dipakai sebagian masyarakat tanah air. ”Buktinya, usaha saya tetap bertahan,” ucapnya.
Namun, usaha yang digeluti Amir sejak tahun 1985 ini tidak didasari bisnis ”kepercayaan” belaka. Maksudnya, Meskipun percaya pasar sepeda itu tetap ada, tidak ada pembeli yang sontak ramai-ramai membeli sebuah produk.”Kita yang harus merebut pasar,”ujarnya.
Kalau hanya itu yang dilakukan sambungnya, pasar yang ada pun lambat laun akan direbut produk jenis lain. Amir memang merasakan betul perjuangan mempertahankan usaha produksi suku cadang sepeda selama belasan tahun.
Sejak merintis usaha 18 tahun yang lalu, produksi cuku cadang sepeda yang dihasilkannya mengalami pasang surut.
Ketika memulai usaha, Amir yang dibantu enam pekerja ini masih bisa tersenyum lega bila melihat angka penjualan setiap bulan. Hanya dengan modal awal sekitar satu juta rupiah, Amir bisa mengantongi omzet sebesar Rp 2 juta/bulan.
”Angka sebesar itu, terhitung gede pada 1985-an,” ujarnya. Pasar yang ia bidik pun masih berada di seputaran Bandung. Ia memasok sejumlah industri perakitan sepeda yang masih tumbuh subur di daerah Parahyangan ini. Terus Menanjak
Amir menuturkan, karena usahanya lambat laun menanjak, ia tak pernah bermimpi bahwa usaha produksi sepedanya ini, akan mengalami ujian berat sekitar 1990-an. Booming industri sepeda motor, yaitu biang keladinya. Banyak usaha perakitan sepeda langganannya, mulai beralih fungsi menjadi dealer sepeda motor. Otomatis, suku cadang yang dihasilkan oleh Amir banyak yang tak bisa dijual.
Meskipun demikian ia tetap berketetapan hati mempertahankan usahanya. ”Kasihan jika pekerja saya sampai tak punya pekerjaan,” ujarnya. Maka dari itu, ia memutar otak mencari pasar. Bila sebelumnya ia memproduksi suku cadang sepeda biasa, ia mulai melakukan modifikasi dengan menciptakan suku cadang sepeda anak dan sepeda gunung. Namun, suku cadang sepeda biasa pun tetap ia garap.
Ia menjajakan contoh suku cadang sepedanya kepada industri perakitan yang masih tersisa di sekitar Jawa Barat. Sadar tidak mempunyai modal yang memadai, pada 1994, ia mulai mencoba menggunakan jasa bank. Namun, hasilnya sudah bisa diperkirakan.”Tak ada yang mau mengucurkan dana pinjaman,” ungkapnya.
Setelah tiga tahun ia berjuang mendapatkan modal baru, akhirnya ia mendapatkan mitra perusahaan industri perakitan sepeda yang cukup ternama di Bandung. Contoh produk suku cadang sepeda seperti, sadel, pedal, stang yang ia sodorkan, telah menarik minat mereka.
Jadilah, Amir mendapatkan kucuran dana segar sekitar Rp 100 juta yang akan digunakan untuk memproduksi suku cadang sepeda, dan akan disalurkan kepada perusahaan perakitan tersebut. Dana sebesar itu ia gunakan untuk membangun sebuah workshop, membeli peralatan seperti mesin press serta bahan baku suku cadang seperti besi, plastik dan kulit sintetis.
Menurutnya, suku cadang tersebut akan dirakit oleh industri sepeda tersebut dan akan disalurkan kepada beberapa perusahaan rekanan mereka.
Perlahan, usaha suku cadang milik pria berpendidikan sekolah menengah kejuruan ini, menunjukkan kemajuan. Omzetnya terus menggelembung. Bila pada 1999 hasil penjualan suku cadang sepedanya baru mencapai Rp 300 juta/tahun, pada 2002 lalu ia bisa mencetak omzet penjualan hingga mencapai Rp 700 juta/tahun.
”Alhamdulillah, bisa menghidupi anak istri dan 12 orang pekerja,” ungkapnya.
Workshop suku cadang sepedanya yang terletak di daerah Kiara Condong, Bandung, bisa diperluas, dan sekaligus menjadi tempat tinggalnya.

Artikel Sejenis :



Tidak ada komentar: