Custom Search

Kamis, 22 Mei 2008

Prinsip Pokok Aliran Filsafat

Aliran filsafat memiliki prinsip-prinsip pokok antar lain :
1. Hedonisme yaitu bertolak dari pendirian bahwa menurut kodratnya manusia mengusahakan kenikmatan, yang dalam bahasa yunaninya disebut ‘hedone’. Namun hedonism tidak sekedar menetapkan kenyataan kejiwaan ini, melainkan juga berpendapat bahwa kenikmatan benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinngi bagi manusia, sehingga dengan demikian adalah baik baginya apabila mengusahakan kenikmatan. Hedonisme secara paling jelas menyingkapkan sifatnya ketika mengajarkan bahwa kenikmatan itu sendiri adalah berharga. Setelah menyadari hal tersebut, maka paham ini mengajarkan bahwa orang harus bijak dalam menikmati sesuatu. Oleh karena itu hendaknya mengorbankan kenikmatan manakala dapat diketahui bahwa akibatnya akan berupa rasa sakit yang lebih besar, dan hendaknya bersedia untuk menderita rasa sakit yang lebih besar,dan hendaknya bersedia untuk menderita rasa sakit sementara, agar nantinya dapat merasakan kenikmatan yang lebah besar. Keberatan yang paling besar terhadap hedonism ialah keberatan yang bersifat etik.keberatan2 ini tidak dapat ditangkis,karena seperti telah dikatakan, hedonism menjadi tujuan hidup tergantung pada keadaan lahiriah, sedangkan kesusilaan berarti penentuan diri sendiri.


2. Eudemonisme, Pada Kata ‘eudemonisme’ berasal dari kata yunani ‘eudaimonia’ yang secara harafiah berarti : mempunyai roh pengawal (demon) yang baik, artinya mujur dan beruntung. Kata ini menggambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan, sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri. Orang yang telah mencapai tingkatan ‘eudemonia’ mempunyai keinsyafan akan kepuasan yang sempurna tidak hanya jasmani, melainkan juga secara rohani. Pemahaman ini terjelma dalam sistem2 yang telah lanjut perkembangannya, namun juga sebagai keyakinan bahwa manusia hidup di dunia untuk berbahagia. Mereka mencari tujuan hidup pada keadaan2 yang terdapat dalam dirinya sendiri, yang tidak ia kuasai atau hanya sebagian kecil yang dikuasainya.

3. Utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan ialah manfaat suatu perbuatan,suatu dikatakan baik jika membawa manfaat,dikatakan buruk jika menimbulkan mudarat. Paha m ini mengatakan bahwa orang baik ialah orang yang membawa manfaat, dan yang dimaksudkannya ialah agar setiap orang menjadikan dirinya membawa manfaat sebesar-besarnya. Dengan demikian titik tolak utilisme tidak menguntungkan, karena masih sedikit atau tidak sama sekali tidak mengatakan bilamanakah perbuatan yang baik ditinjau dari segi kesusilaan disebut perbuatan yang bermanfaat. Yang demikian ini sudah tampak ketika utilisme pertama kali tampil sebagai system yang telah berkembang, yaitu pada ajaran seorang tokoh inggris bernama Jeremy Bentham (1742-1832). Secara umum dapatlah dikatakan bahwa sesuatu hal dikatakan bermanfaat, jika memberikan kebaikan kepada kita atau yang menghindarkan kita dari keburukan.

4. Marxisme, mendasarkan etikanya atas fakta, yaitu rasa lapar, artinya mendasarkan etikanya atas kehendak untuk melestarikan diri atau kehendak untuk hidup. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu kita perhatikan ; peratama, marxisme merupakan gejala yang banyak seginya, tidak hanya dalam arti hendak memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan, dan tidak hanya pertanyaan di bidang etika, melainkan juga dan terutama sejauh terdapat berbagai maksud lebih lanjut yang dikandungnya, yang tidak selalu bersesuaian. Demikianlah di samping rautan naturalistic di dalamnya terdapat juga rautan humanistic. Kedua, hendaknya dicatat bahwa Marx sendiri tidak menyusun suatu etika yang sudah lanjut perkembangannya, begitu pula teman serta pembantu Engels. Dapat dikatakan bahwa kekuatan pendorong dalam kehidupan serta dalam karya-karya Marx bersifat kesusilaan. Marx melihat bahwa suatu kelompok besar rakyat hidup dalam keadaan sengsara, dan karenanya menjalani hidup yang tidak berharkat manusiawi, dan untuk keperluan itu hendaknya memperbaiki keadaanya. Kelompok ini lalai terhadap dirinya sendiri, artinya, tidak lagi mengenal keadaan yang hakiki sebagai manusia ; Marx hendak memberikan kembali kemanusiaan kepadanya. Menurut Marx yang menopang dan menggerakan masyarakat ialah tenaga material. Dengan demikian ia mempunyai pendirian yang bertentangan dengan gurunya, hegel, yang mengajarkan bahwa yang menentukan segala sesuatu yang ada dan yang terjadi adalah jiwa. Tenaga2 produksi atau teknik merupakan lapisan terbawah dan menentukan lapisan kedua, yaitu hubungan2 produksi, artinya hubungan2 yang di dalamnya manusia bekerja sama di dalam proses produksi.

5. Deontologi, di dalam pandangan ini, maka perbuatan moral semata-mata tidak didasarkan lagi pada hasil suatu perbuatan dan tidak menyoroti tujuan yang dipilih dari perbuatan itu, melaikan dari wajib dan tidaknya perbuatan dan keputusan moral tersebut.deontologi sendiri berasal dari bahasa yunani, deon, yang berarti apa yang harus dilakukan ; kewajiban (Bertens, 1995:254). Menurut aliran ini perbuatan moral semata-mata tidak didasarkan lagi pada hasil suatu perbuatan dan tidak lagi menyoroti tujuan yang dipilih dari perbuatan itu, melainkan berdasarkan maksud dan dari wajib atau tidaknya perbuatan moral itu. Peletak dasar aliran ini adalah Filsuf besar dari Jerman Immanuel Kant (1724-1804).Menurutnya hanya ada satu kenyataan yang baik tanpa batas, yaitu kehendak baik.Kehendak baik yaitu kehendak yang mau melakukan apa yang menjadi kewajibannya, murni demi kewajiban itu sendiriApa yang membuat kehendak menjadi baik.Kehendak menjadi baik karena “kewajiban”,Perbuatan yang dilakukan dengan maksud lain, tidak dapat dikatakan baik.Bertindak sesuai kewajiban menurut Kant disebut “legalitas”.Dengan legalitas berarti memenuhi norma hukum.Perbuatan baru memasuki taraf moralitas, apabila dilakukan semata-mata karena kewajiban.Suatu perbuatan bersifat moral jika dilakukan semata-mata karena hormat untuk hukum moral.Hakekat kebajikan menurut Kant adalah kesediaan melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Hidup bermoral ada hubungan dengan kewajiban, terlepas apakah hal itu membahagiakan ataukah tidak. Kant Pemikiran ditafsirkan dalam arti subyektivistik.Dengan hidup menurut hukum moral, manusia tidak menyerahkan diri kepada sesuatu yang asing baginya (heteronom), melainkan mengikuti hukumnya sendiri.Otonomi kehendak pada dasarnya sama dengan kebebasan manusia, sebab kebebasan adalah kesanggupan untuk bertindak terlepas dari penguasaan oleh sebab-sebab asing.Kebebasan tidak berarti bebas dari segala ikatan melainkan manusia itu bebas dengan mentaati hukum moral

Kritik untuk masing-masing filsafat :
1. Hedonisme, Jika kita melakukan sesuatu hal yang harus dipikirkan dulu dampak yang mungkin akan terjadi kemudai, jangan kita gegabah mengambil keputusan.karena lebih baek kita tidak merasakan kenikmatan daripada tidak bermanfaat sama sekali dan mengakibatkan resiko yang besar.
2. Eudemonisme, sebaiknya kita juga harus berbangga pada diri sendiri ,maupoun lingkunagn kita sebagai akibat penyelarasan diri.
3. Utilisme, pemahaman ini mengajarkan bahwa kita harus bias member manfaat kepada diri sendiri maupun kepada orang2 di sekitar kita,karena kebaikan ialah sesuatu yang akan membuat kita bahagia, sedangkan keburukan ialah sesuatu yang menyengsarakan diri kita sendiri maupun orang lain yang berada di sekitar kita.
4. Marxisme, pemahaman ini mengenai keutamaan tenaga-tenaga produksi, mengenai kelas-kelas serta pertentangan kelas terasa pengaruhnya di bidang etika. Oleh karena itu manusia tidak boleh hanya mendasarkan diri pada hasrat untuk melestarikan diri, melainkan harus juga berusaha agar orang lain dapat melestarikan dirinya.
5. Deontologi, kritiknya ditampilkan dari pandangan etika kant menonjol pada pembahasan peranan eksklusif kewajiban dibidang moral. Menurut Bertens, (1993:257), sistem moral kant merupakan suatu etika yang suram dan kaku (rigorisme) karena seolah-olah ada kesan bahwa kita berkelakuan baik hanya jika melakukan karena kewajiban. Selain itu, moralitas kant konsekuensi bisa diabaikan saja dalam menilai moralitas perbuatan kita. Umpamanya, perbuatan berbohong untuk melindungi nyawa seorang agar tidak dicelakai atau dibunuh. Jika jujur tentu saja kewajiban untuk tidak berbohong membawa konsekuensi seorang itu terancam dicelakai atau dibunuh. Sistem moral Kant merupakan suatu etika yang suram dan kaku.Ada kesan seolah-olah kita berkelakuan baik, hanya jika semata-mata melakukan karena kewajiban.Apakah tidak mungkin kita berlaku dengan baik karena kita senang berbuat baik.Apakah tidak mungkin kita berbuat baik karena cinta atau belas kasih.

Artikel Sejenis :



1 komentar:

jeff_utm06 mengatakan...

Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan itu menurut anda seperti apa? Tolong beri penjelasannya!