Custom Search

Rabu, 04 Juni 2008

Tindak Kekerasan Dalam Keluarga

Hidup berkeluarga adalah dambaan bagi setiap orang. Dengan berkeluarga setiap orang pasti merasa bahwa hidupnya akan menjadi lebih sempurna, apalagi mempunyai keluarga yang bahagia dan harmonis. Namun terkadang hal iti hanya impian belaka. Seperti saat ini masih banyak konflik internal yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Sampai saat ini , kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi momok yang menakutkan. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi karena adanya masalah-masalah dalam kelurga tersebut misalnya dari segi faktor ekonomi.

Kekerasan dalam rumah tangga seringkali terjadi dalam kalangan orang yang status sosialnya rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan berbagai faktor seperti ekonomi. Faktor ekonomi ini adalah faktor penunjang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Misalnya kita ambil contoh seorang istri yang meminta uang belanja pada suaminya yang tidak bekerja, sedangkan istri tersebut sangat membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sebagai seorang kepala keluarga hal ini adalah beban yang harus ditanggung, sedangkan dia hanya seorang pengangguran yang tidak berpenghasilan. Sehingga memungkinkan seseorang suami tersebut melakukan tindak kekerasan terhadap anak dan istri bahkan sampai membunuhnya karena merasa dituntut untuk mencukupi kebutuhan, padahal ia hanya seorang penganguran. Sebenarnya tindakan yang dilakukan seorang istri itu benar, karena sebagai seorang suami harus mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya.


Seharusnya hal ini tidak harus terjadi jika suami tersebut mampu mengendalikan emosinya. Sebagai suami, dia harus menyadari bahwa sebagai kepala keluarga, dia harus mampu memberikan hak istri. Dan sebagai istrinya pula, seharusnya harus bisa lebih mengerti akan keadaan suaminya. Jika memang sang istri bisa membantu sang suami untuk mencari nafkah alangkah baiknya jika hal itu dilakukan.

Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Keluarga
Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi karena banyak faktor., faktor terpenting adalah soal ideologi dan culture (budaya-Red), di mana perempuan cenderung dipersepsi sebagai orang nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa sajaAtau, misalnya, dalam kasus kekerasan terhadap anak, selalu muncul pemahaman bahwa anak dianggap lebih rendah, tidak pernah dianggap sebagai mitra sehingga dalam kondisi apa pun anak harus menuruti apa pun kehendak orangtua.

Ideologi dan kultur itu juga muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu. Zaman dulu, anak diwajibkan tunduk pada orangtua, tidak boleh mendebat barang sepatah kata pun.Kemudian, ketika ada informasi baru, misalnya dari televisi atau dari kampus, tentang pola budaya yang lain, misalnya yang menegaskan bahwa setiap orang punya hak yang sama, masyarakat kita sulit menerima.Jadi, persoalan kultur semacam itu ada di benak manusia dan direfleksikan dalam bentuk perilaku. Akibatnya, bisa kita lihat. Istri sedikit saja mendebat suami, mendapat aniaya. Anak berani tidak menurut, kena pukul.

Faktor ketidakadilan gender yang lainnya yaitu :
1. Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses peminggiran perempuan dalam semua sektor kehidupan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber kehidupan (ekonomi dabn sumberdaya alam). Marginalisasi pada umumnya dilakukan dengan berbagai cara, terutama menggunakan institusi sosial, hukum, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan kekuasaan politik

2. Stereo Type
Stereo Type adalah usaha untuk melanggengkan atau mengabadikan sebuah image yang tidak selamanya akan baik

3. Kekerasan
Kekerasan adalah setiap perbuatan penyalahgunaan kekuatan fisik dengan atau
tanpa menggunakan sarana secara melawan hukum dan menimbulkan bahaya bagi badan,
nyawa, dan kemerdekaan orang, termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak
berdaya.

4. Diskriminasi/subordinasi
Diskriminasi adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua hal yang sama.
Subordinasi adalah suatu kesimpulan yang terburu-buru dan perlu dikaji secara seksama.

5. Beban Gender
Beban Gender adalah perbedaan peran dan nilai budaya yang melekat pada jenis kelamin.

Artikel Sejenis :



Tidak ada komentar: